Dosen Pengampu : Dr. Maufur
Disusun Oleh
Nama : Zaenul
Behi
NPM : 1111500232
Kelas : III D
BIMBINGAN & KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2012
BABI
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Upaya
manusia manusia untuk mengetahui tentang Tuhan, alam semesta, lingkungan (baik
alamiah maupun sosial), dan dirinya (baik fisik maupun perilakunya) dilakukan
melalui kegiatan berfikir, baik secara deduktif maupun induktif. Sudah menjadi kodrat manusia ingin mengetahui segala-galanya. Oleh
karena itu manusia selalu bertanya untuk mendapatkan jawabannya. Mengetahui
merupakan kenikmatan atau kebahagiaan. Karena manusia bisa mengetahui (dalam
arti kata yang lebih dalam: memahami, mengerti, menghayati), maka derajat
manusia lebih tinggi daripada binatang, bahkan lebih tinggi daripada malaikat.
Dari pertumbuhan ilmu sejak zaman Yunani Kuno sampai abad modern ini tampak
nyata bahwa ilmu merupakan aktivitas manusia, suatu kegiatan melakukan sesuatu
yang dilaksanakan orang atau lebih tepat suatu rangkaian aktivitas yang
membentuk suatu proses.
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa
ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan keduanya-duanya. Berfilsafat didorong
untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu.
Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan per
Dari pertumbuhan ilmu sejak zaman Yunani Kuno sampai abad modern ini tampak
nyata bahwa ilmu merupakan aktivitas manusia, suatu kegiatan melakukan sesuatu
yang dilaksanakan orang atau lebih tepat suatu rangkaian aktivitas yang
membentuk suatu proses.
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa
ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan keduanya-duanya. Berfilsafat didorong
untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu.
Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan per
Dari pertumbuhan ilmu sejak zaman Yunani Kuno sampai abad modern ini tampak
nyata bahwa ilmu merupakan aktivitas manusia, suatu kegiatan melakukan sesuatu
yang dilaksanakan orang atau lebih tepat suatu rangkaian aktivitas yang
membentuk suatu proses.
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa
ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan keduanya-duanya. Berfilsafat didorong
untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu.
Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan Dari pertumbuhan ilmu sejak zaman Yunani Kuno sampai abad modern ini tampak
nyata bahwa ilmu merupakan aktivitas manusia, suatu kegiatan melakukan sesuatu
yang dilaksanakan orang atau lebih tepat suatu rangkaian aktivitas yang
membentuk suatu proses.
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa
ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan keduanya-duanya. Berfilsafat didorong
untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu.
Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan per
Dari pertumbuhan ilmu sejak zaman Yunani Kuno sampai abad modern ini tampak
nyata bahwa ilmu merupakan aktivitas manusia, suatu kegiatan melakukan sesuatu
yang dilaksanakan orang atau lebih tepat suatu rangkaian aktivitas yang
membentuk suatu proses.
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa
ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan keduanya-duanya. Berfilsafat didorong
untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu.
Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan per
Dari pertumbuhan ilmu sejak zaman Yunani Kuno sampai abad modern ini tampak
nyata bahwa ilmu merupakan aktivitas manusia, suatu kegiatan melakukan sesuatu
yang dilaksanakan orang atau lebih tepat suatu rangkaian aktivitas yang
membentuk suatu proses.
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa
ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan keduanya-duanya. Berfilsafat didorong
untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu.
Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan per
Dari pertumbuhan ilmu sejak zaman Yunani Kuno sampai abad modern ini tampak
nyata bahwa ilmu merupakan aktivitas manusia, suatu kegiatan melakukan sesuatu
yang dilaksanakan orang atau lebih tepat suatu rangkaian aktivitas yang
membentuk suatu proses.
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa
ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan keduanya-duanya. Berfilsafat didorong
untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu.
Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan per
Dari pertumbuhan ilmu sejak zaman Yunani Kuno sampai abad modern ini tampak
nyata bahwa ilmu merupakan aktivitas manusia, suatu kegiatan melakukan sesuatu
yang dilaksanakan orang atau lebih tepat suatu rangkaian aktivitas yang
membentuk suatu proses.
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa
ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan keduanya-duanya. Berfilsafat didorong
untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu.
Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan per
Dari pertumbuhan ilmu sejak zaman Yunani Kuno sampai abad modern ini tampak
nyata bahwa ilmu merupakan aktivitas manusia, suatu kegiatan melakukan sesuatu
yang dilaksanakan orang atau lebih tepat suatu rangkaian aktivitas yang
membentuk suatu proses.
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa
ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan keduanya-duanya. Berfilsafat didorong
untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu.
Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan per
Dari pertumbuhan ilmu sejak zaman Yunani Kuno sampai abad modern ini tampak
nyata bahwa ilmu merupakan aktivitas manusia, suatu kegiatan melakukan sesuatu
yang dilaksanakan orang atau lebih tepat suatu rangkaian aktivitas yang
membentuk suatu proses.
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa
ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan keduanya-duanya. Berfilsafat didorong
untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu.
Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan per
Dari pertumbuhan ilmu sejak zaman Yunani Kuno sampai abad modern ini tampak
nyata bahwa ilmu merupakan aktivitas manusia, suatu kegiatan melakukan sesuatu
yang dilaksanakan orang atau lebih tepat suatu rangkaian aktivitas yang
membentuk suatu proses.
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa
ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan keduanya-duanya. Berfilsafat didorong
untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu.
Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan per
Dari pertumbuhan ilmu sejak zaman Yunani Kuno sampai abad modern ini tampak
nyata bahwa ilmu merupakan aktivitas manusia, suatu kegiatan melakukan sesuatu
yang dilaksanakan orang atau lebih tepat suatu rangkaian aktivitas yang
membentuk suatu proses.
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa
ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan keduanya-duanya. Berfilsafat didorong
untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu.
Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan per
Dari pertumbuhan ilmu sejak zaman Yunani Kuno sampai abad modern ini tampak
nyata bahwa ilmu merupakan aktivitas manusia, suatu kegiatan melakukan sesuatu
yang dilaksanakan orang atau lebih tepat suatu rangkaian aktivitas yang
membentuk suatu proses.
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa
ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan keduanya-duanya. Berfilsafat didorong
untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu.
Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan per
Dari pertumbuhan ilmu sejak zaman Yunani Kuno sampai abad modern ini tampak
nyata bahwa ilmu merupakan aktivitas manusia, suatu kegiatan melakukan sesuatu
yang dilaksanakan orang atau lebih tepat suatu rangkaian aktivitas yang
membentuk suatu proses.
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa
ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan keduanya-duanya. Berfilsafat didorong
untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu.
Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan per
Dari pertumbuhan ilmu sejak zaman Yunani Kuno sampai abad modern ini tampak
nyata bahwa ilmu merupakan aktivitas manusia, suatu kegiatan melakukan sesuatu
yang dilaksanakan orang atau lebih tepat suatu rangkaian aktivitas yang
membentuk suatu proses.
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa
ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan keduanya-duanya. Berfilsafat didorong
untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu.
Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan per
Dari pertumbuhan ilmu sejak zaman Yunani Kuno sampai abad modern ini tampak
nyata bahwa ilmu merupakan aktivitas manusia, suatu kegiatan melakukan sesuatu
yang dilaksanakan orang atau lebih tepat suatu rangkaian aktivitas yang
membentuk suatu proses.
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa
ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan keduanya-duanya. Berfilsafat didorong
untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu.
Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang
seakan tak terbatas ini. Demikian juga berfilsafat berarti mengoreksi diri,
semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran
yang dicari telah kita jangkau.
1. Identifikasi Masalah
Manusia
memiliki aktivitas rasional berarti kegiatan yang mempergunakan kemampuan
pikiran untuk menalar yang berbeda dengan aktivitas berdasarkan perasaan atau
naluri. Ilmu menampakkan diri sebagai kegiatan penalaran logis dari pengamatan
empiris. Dan manusia memiliki pemahaman yang
tertib tentang ilmu akan menghasilkan tiga ciri pokok yaitu sebagai rangkaian
kegiatan manusia atau proses, sebagai tata tertib tindakan pikiran atau
prosedur, dan sebagai keseluruhan hasil yang dicapai atau produk. Berdasarkan
ketiga kategori proses, prosedur, dan produk yang semuanya bersifat dinamis
(tidak ada yang statis), ilmu dapat dipahami sebagai aktivitas penelitian,
metode kerja, dan hasil pengetahuan. Dengan demikian, pengertian ilmu
selengkapnya berarti aktivitas penelitian, metode ilmiah, dan pengetahuan
sistematis.
2.
Perumusan Masalah
Apakah yang dimaksud dengan Filsafat ilmu?
Apakah
yang dimaksud dengan penelitian ilmiah?
Bagaimana
peranan filsafat Ilmu dalam kegiatan penelitian ilmiah?
BABII
PEMBAHASAN
1. Pengertian Filsafat ilmu
Filsafat
ilmu merupakan bagian dari filsafat pengetahuan yang secara spesifik mengkaji
hakikat ilmu pengetahuan ilmiah. Ilmu merupakan bagian yang sangat penting
dalam penelitian ilmiah. Dengan ilmu kita mendapatkan pengalaman yang baru yang
berhubungan dengan penelitian tetapi semua itu harus dengan bukti ilmiah dan
hasil yang validitas agar berhubungan dengan penelitian. Filsafat
ilmu pengetahuan di mana logika, bahasa, matematika termasuk menjadi bagiannya
lahir pada abad ke-18. Dalam filsafat ilmu pengetahuan diselidiki apa yang
menjadi sumber pengetahuan, seperti pengalaman, akal, budi dan intuisi.
Diselidiki pula syarat-syarat untuk mencapai pengetahuan ilmiah, batas
validitasnya dalam menjangkau apa yang disebut sebagai kenyataan atau kebenaran
itu. Dari sini lantas muncul teori empirisme, rasionalisme, Kritisisme.
Positivisme, Fenomenologi dan seterusnya. Sejalan dengan itu, masing-masing
aliran ini atau disebut juga school of thought, memiliki metodenya sendiri,
sehingga metodologi menjadi bagian yang sangat menarik perhatian.
Ilmu secara methodologis ilmu tidak membedakan antara ilmu-ilmu alam dengan
ilmu-ilmu sosial, namun karena masalah teknisi yang bersifat khusus, maka
filsafat ilmu ini sering dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat
ilmu-ilmu sosial. Ilmu memang berbeda dari pengetahuan filsafat, namun tidak
ada perbedaan yang prinsip antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, di mana
keduanya mempunyai ciri keilmua yang sama.
2. Pengertian kegiatan ilmiah
Jika
kita berbicara mengenai ilmu pengetahuan maka yang dimaksud adalah suatu proses
yang bertujuan untuk menciptakan pengetahuan. Namun tidaklah semua bentuk
pengetahuan dimaksudkan tetapi hanya pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan
ilmiah atau proses ilmiah. Masing- masing tekhnik tentunya berbeda-beda dan
tergantung dari cabang ilmu pengetahuan yang mana yang akan diterapkan. Hal ini
dapat dihubungkan dengan metode ilmiah yang seragam sifatnya, dan sejajar
dengan hal itu sifat seragam pula kita temukan pada gejala-gejala alamiah.
Seandainya keseragaman itu tidak ada, maka tidaklah terdapat kemungkinan untuk
melaksanakan pekerjaan ilmiah.
Mengenai
hakikat dari pengetahuan itu sendiri yang kita usahakan memperolehnya melalui
metode ilmu pengetahuan tidaklah mutlak sifatnya. Popper (1980 : 280) dalam
hubungan ini mengemukakan bahwa cita-cita kuno dari ilmu pengetahuan untuk
memperoleh epitisme yaitu pengetahuan mutlak yang pasti dan terbukti ternyata
merupakan cita-cita belaka. Tuntutan untuk selalu memenuhi objectivitas ilmiah
dengan sendirinya beraarti bahwa tiap-tiap pernyataan ilmiah harus selalu tetap
bersifat sementara.
Ilmu-ilmu seperti teologi, metafisika, dan etika beserta ilmu-ilmu pengetahuan
aksiomatis seperti ilmu pasti dan logika tentunya sangat berhubungan dengan
penelitian ilmiah. Kita tidak bisa hanya berhipotesa sementara tapi harus
melalui penelitian yang ilmiah disertai dengan bukti ilmiah yang mendukung
penelitian seperti sarana berfikir matematika, dan statistika tentunya juga
dengan etika yang baik dan pernyataan yang sesuai dengan logika bukan hanya
praduga sementara atau karangan belaka.
Tiga
langkah pertama merupakan metode penelitian, sedangkan langkah-langkah
selanjutnya bersifat teknis penelitian. Dengan demikian maka pelaksanaan
penelitian menyangkut dua hal, yaitu hal metode dan hal teknis penelitian.
Namun secara implisit metode dan teknik melarut di dalamnya. Mencari,
merumuskan dan mengidentifikasi masalah, yaitu menetapkan masalah penelitian,
apa yang dijadikan masalah penelitian dan apa obyeknya. Menyatakan obyek
penelitian saja masih belum spesifik, baru menyatakan pada ruang lingkup mana
penelitian akan bergerak. Sedangkan mengidentifikasi atau menyatakan masalah
yang spesifik dilakukan dengan mengajukan pertanyaan penelitian , yaitu
pertanyaan yang belum dapat memberikan penjelasan yang memuaskan berdasarkan
teori yang ada. Misalnya menurut teori dinyatakan bahwa tidak semua orang akan
bersedia menerima suatu inovasi, sebab ada golongan penolak inovasi. Tetapi
pada kenyataannya terdapat inovasi yang mudah diterima sehingga tidak mungkin
ada golongan yang menolaknya. Oleh karena itu pertanyaan penelitiannya dapat
diidentifikasikan pada situasi mana atau pada kondisi mana tidak ada golongan
laggard. Dengan mengidentifikasi situasi atau kondisi yang memungkinkan atau
tidak memungkinkan secara lebih lanjut berarti telah merumuskan masalah
penelitian.
3. Peranan filsafat ilmu dalam kegiatan ilmiah.
Filsafat
Ilmu menurut Beerling (1988:1-4) adalah penyelidikan tentang ciri-ciri mengenai
pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperoleh pengetahuan. Filsafat ilmu
menurut Roento Wibisono (1988:6) sebagai kelanjutan dari perkembangan filsafat
pengetahuan, adalah juga merupakan cabang filsafat. Ilmu yang objek sasarannya
adalah ilmu, atau secara populer disebut dengan ilmu tentang ilmu. Dalam
perkembangan selanjutnya pada tahap sekarang ini filsafat ilmu juga mengarahkan
pandangannya pada strategi pengembangan ilmu, yang menyangkut juga etik dan
heuristic, bahkan sampai pada dimensi kebudayaan untuk menangkap arti dan makna
bagi kehidupan umat manusia.
Tiap-tiap pengetahuan memiliki tiga komponen yang merupakan tiang penyangga
tubuh pengetahuan yang disusunnya. Komponen tersebut adalah ontologi,
epistemologi dan aksiologi. Ontologi menjelaskan mengenai pertanyaan apa,
epistemologi menjelaskan pertanyaan bagaimana dan aksiologi menjelaskan pertanyaan
untuk apa. Ontologi merupakan salah satu di antara lapangan-lapangan
penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Sejak dini pikiran barat sudah
menunjukkan munculnya perenungan ontologisme, sebagaiamana Thales ketika ia
merenungkan dan mencari apa sesungguhnya hakikat yang ada (being) itu, yang
pada akhirnya ia berkesimpulan, bahwa asal usul dari segala sesuatu (yang ada)
itu adalah air.
Pada dasarnya metode ilmiah merupakan cara ilmu memperoleh dan menyusun tubuh
pengetahuannya berdasarkan pertama, kerangka pemikiran yang bersifat logis
dengan argumentasi yang bersifat konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang
telah berhasil disusun; kedua,imenjabarkan hipotesis yang merupakan deduksi
dari kerangka pemikiran tersebut, dan ketiga melakukan verifikasi terhadap
hipotesis tersebut untuk menguji kebenaran pernyataannya secara faktual.
Kerangka
pemikiran yang logis adalah argumentasi yang bersifat rasional dalam
mengembangkan penjelasan terhadap fenomena alam. Verifikasi secara empirik
berarti evaluasi secara objektif dari suatu pernyataan hipotesis terhadap
kenyataan faktual. Ini berarti bahwa ilmu terbuka untuk kebenaran lain, selain
yang terkandung dalam hipotesis. Demikian juga verifikasi faktual terbuka atas
kritik terhadap kerangka pemikiran yang mendasari pengajuan hipotesis. Befikir
ilmiah berbeda dengan kepercayaan religius yang memang didasarkan atas
kepercayaan dan keyakinan, tetapi dalam cara berfikir ilmiah didasarkan atas
dasar prosedur ilmiah. Secara garis besar terdapat dua aliran pokok dalam
epistemologi, yaitu rasionalisme dan empirisme, yang pada gilirannya kemudian
muncul beberapa isme lain, misalnya: rasionalisme kritis
(kritisisme),fenomenalisme, intuitisme dan positivisme.
Pertanyaan mengenai aksiologi menurut Kattsoff (1987:331) dapat dijawab melalui
tiga cara. Pertama, nilai sepenuhnya berhakikat subjektif. Ditinjau dari sudut
pandang ini, nilai-nilai itu merupakan reaksi-reaksi yang diberikan oleh
manusia sebagai pelaku dan keberadaannya tergantung kepada pengalaman mereka.
Kedua, nilai-nilai merupakan kenyataan ditinjau dari segi ontologisme namun
tidak terdapat dalam ruang dan waktu. Nilai-nilai tersebut merupakan esensi
logis dan diketahui melalui akal. Pendirian ini dinamakan objektivisme logis.
Ketiga, nilai-nilai merupakan unsur-unsur objektif yang menyusun kenyataan,
yang demikian ini disebut objektivisme metafisik.
Dalam
pendekatan aksiologis ini, Jujun (1986:60) menyebutkan, bahwa pada dasarnya
ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan manusia. Dalam hal ini
maka ilmu menurutnya dapat dimanfaatkan sebagai sarana atau alat dalam
meningkatkan taraf hidup manusia dengan memperhatikan kodrat dan martabat
manusia serta kelestarian atau keseimbangan alam. Untuk kepentingan manusia
tersebut maka pengetahuan ilmiah yang diperoleh dan disusun dipergunakan secara
komunal dan universal. Komunal berarti, bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang
menjadi milik bersama, setiap orang berhak memanfaatkan ilmu menurut
kebutuhannya sesuai dengan komunisme. Universal berarti bahwa ilmu tidak
mempunyai konotasi parokial seperti ras, ideologi atau agama. Tidak ada ilmu
Barat dan tidak ada ilmu Timur. Metode
penelitian juga sangat berpengaruh dalam penelitian seperti metode kualitatif
dan kuantitatif yang bayak digunakan peneliti dalam pembuatan karya ilmiah atau
kegiatan ilmiah.Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis
terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan
penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis,
teori-teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses
pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal
ini memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi
matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif. Sedangkan penelitian kualitatif
adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi
yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan
ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan
terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami
(Creswell, 1998:15). Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa
metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku
yang diamati
BABIII
PENUTUP
Filsafat
ilmu perlu didekati secara historis-kronologis untuk menagkap struktur
prosesialnya dan secara sistematik-filosofis untuk menagkap struktur
esensialnya. Struktur prosesial mencakup Sembilan langkah sistematik yaitu:
Tahap Pra Penelitian (identifiksi masalah, penetapan tujuan
penelitian/tercapainya ilmu, instrospeksi dan skeptif). Tahap Proses Penelitian
(tahap ontologisme dasar/asumsi dasar). Tahap Epistemologis (metodologi/sarana
dan cara mencapai ilmu, penyimpulan, aplikasi ilmu praksis dan tercapainya
sebagai pembuktian dan ilmu final). Tahap Akhir (tercapainya kebahagiaan
abadi). Metode penelitian menurut metode ilmiah sebagai prosedur atau
langkah-langkah teratur yang sistematis dalam menghimpun pengetahuan untuk
dijadikan ilmu yang meliputi masalah, kerangka pemikiran, hipotesis, uji
hipotesis, pembahasan dan kesimpulan.
Saran
1.Semua bidang garapan
filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu: ontologi, epistemologi dan aksiologi.
2.Kita harus memiliki teori kebenaran yang ada
pada filsafat ilmu digunakan sebagai dasar untuk menghasilkan kebenaran untuk
berpikir tepat dan logis. Dengan adanya cara berpikir logis, maka pengetahuan
manusia akan kebenaran dan cara memperoleh pengetahuan juga berkembang. Namun
bila dilihat dari sisi lain bahwa teori kebenaran juga merupakan batas
pengetahuan dalam landasan teori kebenaran.3. kemampuan menalar ini
menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan yang merupakan rahasia
kekuasaan-kekuasaannya. Secara simbolik manusia memakan buah pengetahuan lewat
Adan dan Hawa dan setelah itu manusia harus hidup berbekal pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas Hamami M. 1976. Filsafat (Suatu Pengantar Logika Formal-Filsafat Pengatahuan). Yogyakarta : Yayasan Pembinaan Fakultas Filsafat UGM.
___________. 1982. Epistemologi Bagian I Teori Pengetahuan. Diktat. Yogyakarta: Fakultas Filsafat UGM.
__________. 1980. Disekitar Masalah Ilmu; Suatu Problema Filsafat. Surabay: Bina Ilmu.
___________. Epistimologi Masa Depan dalam jurnal filsafat. Seri 1, februari 1990.
Ismaun. 2001. Filsafat ilmu (Diktat Kuliah). Bandung : UPI Bandung.
Jujun S. Suriasumantri. 1982. Filsafah Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar H
Abbas Hamami M. 1976. Filsafat (Suatu Pengantar Logika Formal-Filsafat Pengatahuan). Yogyakarta : Yayasan Pembinaan Fakultas Filsafat UGM.
___________. 1982. Epistemologi Bagian I Teori Pengetahuan. Diktat. Yogyakarta: Fakultas Filsafat UGM.
__________. 1980. Disekitar Masalah Ilmu; Suatu Problema Filsafat. Surabay: Bina Ilmu.
___________. Epistimologi Masa Depan dalam jurnal filsafat. Seri 1, februari 1990.
Ismaun. 2001. Filsafat ilmu (Diktat Kuliah). Bandung : UPI Bandung.
Jujun S. Suriasumantri. 1982. Filsafah Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar H
truskan penelitianya
BalasHapussaran saya diperbaiki latar belakangnya. masa kata nya di ulang ulang gitu sih
BalasHapus